Wednesday 5 March 2014

Kontraksi Rasa #2

Entah berapa waktu kita dipertemukan. Tak terhitung walau tak terlalu lama. Tapi semua itu berarti. Langkah kita yang seirama, mata kita yang saling memandang, mulut kita yang menghasilkan banyak cerita, telinga yang saling mendengar, sentuhan tangan penuh ketulusan, angan yang saling melengkapi, hingga menumbuhkan hati yang saling merasa. Dan ketika sebuah jarak adalah sesuatu yang sulit dijangkau, love finds away. Our hearts are connected. Kamu ada.

Kepada saudara yang meluangkan waktunya untuk menempuh lima jam perjalanan menuju Jogja dan menghabiskan waktunya untuk saya. Terimakasih.

Thursday 6 December 2012

See You My Greatest One

 Selama dua puluh tahun, apa cerita yang kamu kenang tapi bikin tengsin?
Ingat dulu ketika menginjak sekolah di bangku dasar, saya pernah malu dengan penjual krupuk yang melihat saya fresh from the oven dengan topping bedak tebal, berjalan lenggak-lenggok bak model yang sedang berjalan di catwalk tiba-tiba jatuh di halaman rumah dengan posisi kepala nungslep ditempat becek, tau kan bagaimana perasaannya? Salah saya juga sih, bisa-bisanya caper sama tukang krupuk, alamakk khilaf deh. Saat itulah saya tengsin dengan eyang saya yang mengetahui jalan ceritanya dgn baik dan saya diam seribu bahasa ketika rambut saya dikramasi olehnya..
Nah itu intermezzo saja, just FYI hihi.

Belated blogging for the umpteenth time.. Yaa blog saya bukan sarana untuk mengumbar segala sisi kehidupan saya, hanya sedikit hal penting dalam hidup saya saja yang akan saya share. So which story will me share? Bukan story sih, hanya sedikit mengenang.
Kalau mengingat beliau nih guys, akan banyak cerita baiknya daripada buruknya. Selama saya hidup dua puluh tahun bersamanya, jelaslah saya mengenalinya dengan sangat dekat, dan memahaminya dengan sangat baik. Siapa sih? Yang jelas bukan tukang krupuk -_-
Tidak jarang saya memanggilnya, Bude. Tapi itu fatal. Mungkin karena sejak kecil saya mengikuti orang dewasa, anak dari adik eyang saya yang memanggilnya, Bude. She is my Grandmom from my Father.

Eyang saya memiliki 10 orang anak, 5 laki-laki dan 5 perempuan. Saya adalah cucunya yang terakhir, yang ke 25.
Betapa hebatnya beliau, dengan segala kemampuan yang ada dari jaman kompeni dulu, Eyang dapat memberikan pendidikan kepada seluruh anaknya. Bukan saja pendidikan sekolah, tetapi juga mental yang tangguh dan moral yang teguh. Didikannya nggak hanya sampai kepada anak-anaknya, hingga cucunya yang terakhir sekalipun.

Eyang adalah sosok yang aktif di masjid maupun di lingkungan. Tidak pernah (dan jangan sampai) absen mengikuti pengajian. Saya ingat sekali beliau pernah menangis gara-gara kecewa nggak hadir pada sebuah pengajian di masjid.
 Jangan tanyakan soal sholat. Kalau seluruh jari kaki dan tangan saya adalah jempol, maka akan saya tujukan seluruh jempol saya pada kemampuannya bersujud. Inilah salah satu yang membuat saya kagum. Dengan sangat ringan ia melangkahkan kakinya yang telah berumur kepala sembilan itu mengambil air wudhu saat adzan berkumandang. Bahkan di tengah malam ataupun sepertiga malam ketika cucunya yang imut ini masih tertidur pulas, beliau sudah menghadap kiblat untuk bersujud. Maybe thats why she has a good ability to remembering anything. Kecuali yang satu ini. Saat usianya sudah tidak mengijinkannya untuk berjalan jauh, beliau lupa akan hal itu. Yang beliau ingat selalu saja pergi ke masjid kemarin. Padahal sudah hampir 1 tahun beliau dirumah karena sudah tak mampu lagi berjalan. Beradu mulutlah dengan Ayah saya yang saat itu mencoba membantu mengingat-ingat. Begitulah berulang hingga hari seterusnya. Nggak pernah saya mendengar kata-kata yang menunjukkan bahwa dia nggak bisa, apapun dianggapnya bisa dilakukannya. Hebatnya lagi, beliau dapat melupakan sakitnya untuk beribadah.

Duduk di kursi kamar. Mencari lap. Dan taukah apa yang sedang dilakukannya kemudian? Membersihkan bakpia yang telah expired. Dikiranya hanya kotor, tapi itu yang membuat saya sempat khawatir dengan kesehatannya dan merasa bersalah. "..Ora popo, mung reget sitik. Wong diparingi  rejeki kok dibuang, jenenge ora bersyukur.." maksudnya Gak papa, cuma kotor dikit. Orang diberi rizki kok dibuang, namanya nggak bersyukur. Begitulah beliau saking nggak sampai hatinya untuk membuang makanan. Yaa karena nggak lagi punya ayam yang bisa diajak berbagi lagi. 
Dari saya kecil hingga beranjak dewasa, pertanyaan Eyang yang selaluuu saja keluar dari mulutnya adalah ".. Wis maem durung?" artinya Sudah makan belum? Dan selaluu saja menawari makanan kecil yang saya siapkan sendiri untuk camilannya di kamar. Siapa saja yang datang dan bertemu dengannya, Eyang selalu memberinya apa yang beliau punya bahkan melinjo sekalipun ketika masih punya pohonnya. Ya ampun lama banget nggak denger istilah melinjo, hehehe.
Eyang adalah sosok yang sangat dermawan, ahli sedekah juga ahli syukur. Besides that, she is humble one. Tak pandang bulu beliau berinteraksi, berkelakuan baik pada siapapun. Sebab-sebab itulah yang membuatnya sangat diterima dan dihormati dalam masyarakat.

Nov, 26th 2012

Eyang masuk RS PKU Kauman Jogja untuk yang kesekian kalinya. Anaknya yang sayang kepadanya mencoba berusaha memberikan dan melakukan apapaun yang terbaik.
Saya pribadi nggak tega lagi kalau melihat Eyang dirumah sudah tak mampu bicara lagi, susah memperlihatkan bagian mana yang dirasanya sakit, terlebih beliau hanya bisa memperlihatkan kekecewaannya terhadap tangan kanannya yang tak lagi berfungsi dengan mencoba sekuat tenaga menggerakkan tangan kanannya tapi tak bisa, dan mimik mukanya membuat saya ingin memeluknya keras dan menanyakan Apa yang harus saya lakukan?? Sedangkan yang  kita bisa hanya mengelus-elus, mengipasi, mencoba menghibur, dan yang pasti mendoakannya..

Saya di Perpus UGM sedang mengerjakan report yang tertunda. Hp bergetar dan Ibu mengabari kalau Eyang pindah di kamar IMC. Awalnya saya nggak tahu apa itu kamar IMC sehingga saya santai akan menjenguknya sepulang les. 
Baru 15 menit saya mengikuti les seperti biasa, ada telpon masuk. Ayah saya meminta untuk segera ke PKU. Pasti ada apa-apa. Saya pun segera ijin. Hati saat itu tidak seperti biasanya. Bisa-bisanya di perjalanan saya nyasar lewat UNY, bener-bener nggak fokus. 
Sesampainya di IMC semacam ICU, saya segera menemui Eyang saya tercinta. Tak sadar saya menitikkan air mata. Sungguh tak mampu melihat Eyang yang sendiri di kamar itu dengan alat-alat yang menempel dibadannya. Melihatku, Eyang rasanya ingin mengatakan "..Temani akuu.."
Saya sungguh benci dengan ranjang itu yang memberikan batas di setiap pinggirnya, tak bisa dekat dengan telinganya dan susah menciumnya..
Hanya doa dan selipan aku sayang Eyang yang bisa saya ucapkan saat itu..

Nov, 28th 2012

Hanya karena obat yang bisa membuatnya bisa bertahan. Strok dan penyumbatan paru-paru yang selama ini menyerangnya. Ikhlaskanlah.
Engkau sangat cantik di hari terakhirmu, bersih tanpa noda, senyum menghiasi muka..
97 merupakan angka yang sangat kuat dan hebat.
Telah banyak kemuliaan dan pelajaran penting yang kau tinggalkan.
You are my greatest one..
See you in heaven

Tuesday 7 August 2012

Metamorphs


Belated Birthday

Belated Birthday Cake

12 Juli sudah berlalu hampir satu bulan. Jarang sekali saya membuat hari itu menjadi hari yang lebih spesial dari hari-hari yang lain. Kecuali waktunya, saya memang menyepesialkan tanggal itu, tetapi tidak untuk melewati harinya. Untuk menjadi pribadi yang lebih baik, saya dapat melakukannya setiap saat karena pada hakikatnya sudah diungkapkan pada banyak quotes yang intinya, hari esok lebih baik dari hari kemarin. Jadi ngapain untuk menjadi lebih baik harus menunggu setiap setaun sekali?

Foto diatas merupakan penghargaan atas bertahannya jiwa raga saya selama didunia (a.k.a ulang tahun) dari sahabat-sahabat kampus. Both of them are belated birthday cake. Dari kiri, cake 19tahun yakni taun lalu saat pulang dari riset di Borneo, jauh hari sesudah 12 Juli. Di Bandara Adisutjipto, mereka (Aninda, Clara, Dian Astuti, dan Uci) muncul tiba-tiba membawa cake sambil menyanyikan "Happy Birthday Veegaa.. Happy Birthday Veega..." dalam hati saya bertanya-tanya, ulang tahunku kapan ya? sambil speechless hehe.
 Ternyata mereka membuat perayaan kecil sebagai belated birthday untuk saya, dan its too special for me.
Cakenya membuat saya tersenyum kecil dan geli. Sembilan cupcakes dengan bentuk wajah-wajah kartun yang membohongi; Nisa, Dian Buana, Hilda, Clara, Aninda, Dian Astut, Uci, Sekar, dan Saya yang nampak amat sangat alim sekali :D

Simply Cake sebelah kanan spesial untuk umurku yang simpel, 20 (apanya yang simpel coba?). Surprise mempesona ini juga tak disangka, karena dari kesembilan makhluk tersebut sedikit yang di Jogja.
06 Agustus, awalnya kita  (Saya, Clara, Hilda, Buana, dan Ninda) berencana memberi surprise kecil untuk Dian Astuti yang tepat saat itu (kemarin) berkepala dua. Saya memakai kaos seadanya dari rumah karena saya mengira bakalan ada hujan tepung, telur, kopi bubuk, dan tetek bengek lainnya. Ternyata sampai rumah Ninda, kostum mereka rapi-rapi sekali. 
Yak dan sampailah di kos 21 dimana Tutik tinggal. Gerbang dibuka dan "Happy Birthday Tutiiik.."


Penampakan Tutik sehari blm mandi



Sampai akhirnya saya sendiri telat masuk kamar Tutik karena ada yang mengalihkan pandangan. Teman-teman kecil nampaknya ingin bergabung dengan kita, berebut ruang kecil hanya untuk menyaksikan kehebohan kita dan mereka pun tak kalah menyanyikan "Slamat ulang tahuun.."
Sayangnya kita tidak mungkin mengajaknya masuk dengan mengalihkan niat awal mereka untuk mengaji.

Gerbang Pemisah
Dan, setelah masuk kamar dan disuruh menutup pintu.. Clara dan Hilda keluar dari toilet bawa cake lagi-lagi menyanyikan "Happy Birthday Vegaaa.. Happy Birthday Vegaa.." :")
Mereka emang mengerti sekali, kali ini tidak ada angka diatas cake :)
I love you all sooo much.

Spontanku gak mnunjukkan umur bgt ya -_- taken by Buana


We are twenty and it just a number

Inilah Crewnya :* by timer

 
" Sahabat adalah satu jiwa yang menempati dua tubuh.. " -Aristoteles

Saturday 28 July 2012

Looking East, ArtJog 2012

Jumat kemarin 27 Juli 2012 (H-1 sebelum closing) saya mengunjungi ArtJog (Art Fair Jogja) untuk yang ketiga kalinya. Saya memang tertarik dengan pameran seni semacam ini, sebagai kalangan penikmat seni saja. Namun, sayang seribu sayang, 2 buku katalog yang saya dapatkan saat opening ArtJog ini hilang entah kemana. Ini adalah kekecewaan yang mendalam, hiks. Jadi sementara gambar-gambar karya seni yang berhasil saya dapatkan belum berjudul, karena kalau saya kasih judul sendiri akan membajak copyright seniman, bisa masuk penjara (lebay).

Kita berempat yaitu Aam, Adit, dan Clara bertemu di Taman Budaya Yogyakarta (TBY) sekitar pukul 16.30. Di TKP terlihat padat pengunjung, mungkin karena closingnya tinggal 1 hari saja dan quality time buat buka puasa kali yaa.. 
Ngomong-ngomong soal ArtJog, pameran ArtJog ini diselenggarakan rutin setahun sekali. Untuk tahun ini berlangsung dari tanggal 14 hingga 28 Juli 2012. Isinya merupakan hasil karya seni rupa kontemporer oleh seniman-seniman berbakat sampai suhu di Indonesia. Suatu kebanggan tersendiri dimana Jogja menjadi tempat berlangsungnya ArtJog (ya kali kalau di Surabaya jadinya ArtSur, absurd ah abaikan). Nah kabar gembira yang agak telat, kalau ternyata Jogja merupakan kota yang menjadi dapurnya produksi seni rupa kontemporer di kawasan Asia Tenggara, wow cintak deh.
Saya suka temanya, Looking East -'A Gaze upon Indonesia Contemporary Art', dimana seniman-seniman ini ingin memperlihatkan dan memposisikan kita pada kondisi dunia Timur di era global. Tidak saja hanya bangsa Barat (Eropa) yang melihat dunia Timur, tetapi begitu pula bangsa Indonesia (yang terletak juga di Timur) diharapkan dapat membaca ulang perkembangan dunia Timur saat ini, kira-kira begitulah yang saya tangkap (semoga bener). Berikut beberapa gambar favorit, cekitout
 




Macam cara pengunjung menikmati karya

Left: Aam, Clara, Adit

Beginilah sebelum mereka saling 'hilang'
Dilarang menyentuh karya, how about this one?

Pose pengunjung (Ibu dan Anak) saat menikmati karya

Kalo tombolnya dipencet mereka akan 'hidup'




Pengunjung yang safety riding

Gak belang gak lebih enak
Mici-mici


I'll be rich people, dude! lol
wishy washy






Bangga pastinya ya jadi seniman dengan karyanya yang dikerumuni pengunjung untuk diabadikan, entah itu sebagai objek tunggal atopun sebagi objek pendukung alias untuk foto-foto narsis buat ganti PP, DP, Avatar, apapunlah itu. Yang jelas seniman juga sedih ketika banyak orang memperlihatkan karya hebatnya itu tanpa tak ingin tau siapa pembuatnya. Standing applause deh buat para seniman hebat ArtJog, apalagi mas Angki gimbal (y).

Pengunjung ArtJog amat beragam. Dari balita hingga lansia ada disini, bahkan orang pinggir jalan a.k.a pengemis saya pernah melihatnya ikut mengunjungi opening ArtJog. Pameran ini emang terbuka untuk umum tanpa dipungut biaya, mahakarya yang sungguh merakyat. Karakter pengunjung ini sangat beragam hingga mengalihkan perhatian saya. Ada ibu kehilangan anaknya karena si Ibu asik foto dengan karya, ada pengunjung yang tak mau kehilangan helm, ada yang melihat karya sambil tiduran, dan ada pula yang melanggar peraturan yaitu memegang karya tanpa sepengetahuan panitia. Semua terekam dalam kamera yang lebih besar dari genggaman tangan mungil saya ini. 
Anyway, sekali lagi saya sangat mengagumi mereka para seniman sampai saya tak habis pikir apa yang ada dalam imajinasi tanpa batasnya itu, ah sebenernya makanan apa sih yang mereka makan? Apakah mereka pernah tidur? Hmmm, dan tentu saja juga dengan tangan-tangan kreatifnya itu. Kali ini gue harus bilang WOW!

Tuesday 24 July 2012

Dieng Invasion -Chasing Sheep

Sebelum saya berbagi cerita mission invasion dari Dieng seminggu yang lalu, saya ingin sedikit menyampah. Selama sehari full, Selasa, 24 Juli 2012 sejak pagi hingga detik ini 00.01 masuk hari Rabu, 25 Juli 2012, mata saya lelah didepan layar bersilau ini hanya menunggu kepastian dari sebuah koneksi. Ini merupakan efek 'penunutan' wifi dari teknologi canggih android milik kakak saya. Teknologinya sih emang canggih, tapi kenapa bisa koneksi bisa suck buruk semacam ini? Karena orangnya ini yang uncanggih kali yaaa, jelas-jelas jaraknya agak jauh, ah yang jelas ini chaos sekali. 

Sampah telah dibuang, dan inilah waktunya saya membagi domba lokal Dieng. Kalau difoto nampak lucu-lucu dan menggemaskan, tapi aslinya mereka ini makan sampah lho sodara-sodaraa.. Mungkin nggak bisa membedakan antara rumput dan sampah kali ya karena sampah disini ada disemak-semak rerumputan. Tak memungkinkan jika domba-domba imut nggak sengaja makan sampah. 

Bagaimana bisa saya mendapatkan sheep ini? Seminggu yang lalu kita (Adit, Aam, Lutfi, Clara, Uni, Uci, Elin, dan Olin) menjenguk kerabat-kerabat yang sedang riset di dataran tinggi Dieng. Kita bilang sih survey, but actually mereka yang riset dan kitalah menginvasi *maaf. Mendengar keluhan-keluhan mereka membuat saya ingin menculik mereka satu-satu. Harapan kita dateng sih supaya mereka ini berkurang bebannya, otherwise mereka sedih ingin pulang, wah malah jadi tamu iblis begitulah, di sisi lain rindu diantara kita terobati.

Kita jalan-jalan ala wisatawan dengan mobil+sopir dan nampak rapi, padahal biasanya sih ala backpacker kere haha. Karena mobil yang disewa itu tergolong travel, dengan sedih hati perjalanan kita terbatas. Yep! Tujuan utama adalah mengunjungi domba Dieng yang telah menarik hati saya melalui gambar hasil tangkapan sang Kakak beberapa waktu lalu. Melihat foto domba milik Kakak saya ini membuat hidup saya penuh penasaran. Kebetulan sekali, satu teman saya si Party alias Dian Buana riset mengenai relasi domba terhadap kemakmuran kentang (ini ngasal banget), yang jelas dia tau betul soal domba Dieng. Karena kita terlalu rindu, jadi kita nggak sempat cerita soal hasil riset, yang ada dia cerita soal Bu Lurah dengan tingkahnya yang semena-mena, sungguh terlalu. 

Next, dia mengajakku ke tempat penggembalaan domba. Tepatnya berada di sebelah (nggak tau arah) Candi Arjuna. Disanalah terdapat lapangan yang full of sheep. Wiiih menyenangkan sekali, walaupun aslinya domba-domba ini ada yang bersih dan ada yang kumuh, tapi bentuknya nggak membosankan dan nggak semua sama. Saat saya kesana domba-domba yang besar di tali agar nggak pergi dari kawasan lapangan. Tetapi tidak dengan anak domba yang nampak putih bersih. Walaupun tak diikat, si anak tak akan pergi kemana karena ia kacang yang tidak lupa dengan kulitnya (apa sih). Here's



 



Gambar-gambar tersebut hanya sedikit dari beberapa yang ada di kamera saya. Masih ada beberapa jenis domba yang memiliki bentuk lucu. Untuk mendapatkan perhatian domba, saya menggunakan beberapa tekhnik panggilan, yang tak jarang gagal. Nampaknya saya bisa cepat beradaptasi dengan mereka. Lama-lama nanti saya dikira menerima orderan daging kurban nih, anyway lain waktu saya akan kembali lagi mengunjungi mereka, cute sheeps..