Selama dua puluh tahun, apa cerita yang kamu kenang tapi bikin tengsin?
Ingat dulu ketika menginjak sekolah di bangku dasar, saya pernah malu dengan penjual krupuk yang melihat saya fresh from the oven dengan topping bedak tebal, berjalan lenggak-lenggok bak model yang sedang berjalan di catwalk tiba-tiba jatuh di halaman rumah dengan posisi kepala nungslep ditempat becek, tau kan bagaimana perasaannya? Salah saya juga sih, bisa-bisanya caper sama tukang krupuk, alamakk khilaf deh. Saat itulah saya tengsin dengan eyang saya yang mengetahui jalan ceritanya dgn baik dan saya diam seribu bahasa ketika rambut saya dikramasi olehnya..
Nah itu intermezzo saja, just FYI hihi.
Belated blogging for the umpteenth time.. Yaa blog saya bukan sarana untuk mengumbar segala sisi kehidupan saya, hanya sedikit hal penting dalam hidup saya saja yang akan saya share. So which story will me share? Bukan story sih, hanya sedikit mengenang.
Kalau mengingat beliau nih guys, akan banyak cerita baiknya daripada buruknya. Selama saya hidup dua puluh tahun bersamanya, jelaslah saya mengenalinya dengan sangat dekat, dan memahaminya dengan sangat baik. Siapa sih? Yang jelas bukan tukang krupuk -_-
Tidak jarang saya memanggilnya, Bude. Tapi itu fatal. Mungkin karena sejak kecil saya mengikuti orang dewasa, anak dari adik eyang saya yang memanggilnya, Bude. She is my Grandmom from my Father.
Eyang saya memiliki 10 orang anak, 5 laki-laki dan 5 perempuan. Saya adalah cucunya yang terakhir, yang ke 25.
Betapa hebatnya beliau, dengan segala kemampuan yang ada dari jaman kompeni dulu, Eyang dapat memberikan pendidikan kepada seluruh anaknya. Bukan saja pendidikan sekolah, tetapi juga mental yang tangguh dan moral yang teguh. Didikannya nggak hanya sampai kepada anak-anaknya, hingga cucunya yang terakhir sekalipun.
Eyang adalah sosok yang aktif di masjid maupun di lingkungan. Tidak pernah (dan jangan sampai) absen mengikuti pengajian. Saya ingat sekali beliau pernah menangis gara-gara kecewa nggak hadir pada sebuah pengajian di masjid.
Jangan tanyakan soal sholat. Kalau seluruh jari kaki dan tangan saya
adalah jempol, maka akan saya tujukan seluruh jempol saya pada
kemampuannya bersujud. Inilah salah satu yang membuat saya kagum. Dengan
sangat ringan ia melangkahkan kakinya yang telah berumur kepala
sembilan itu mengambil air wudhu saat adzan berkumandang. Bahkan di
tengah malam ataupun sepertiga malam ketika cucunya yang imut ini masih
tertidur pulas, beliau sudah menghadap kiblat untuk bersujud. Maybe thats why she has a good ability to remembering anything. Kecuali yang satu ini. Saat usianya sudah tidak mengijinkannya untuk berjalan jauh, beliau lupa akan hal itu. Yang beliau ingat selalu saja pergi ke masjid kemarin. Padahal sudah hampir 1 tahun beliau dirumah karena sudah tak mampu lagi berjalan. Beradu mulutlah dengan Ayah saya yang saat itu mencoba membantu mengingat-ingat. Begitulah berulang hingga hari seterusnya. Nggak pernah saya mendengar kata-kata yang menunjukkan bahwa dia nggak bisa, apapun dianggapnya bisa dilakukannya. Hebatnya lagi, beliau dapat melupakan sakitnya untuk beribadah.
Duduk di kursi kamar. Mencari lap. Dan taukah apa yang sedang dilakukannya kemudian? Membersihkan bakpia yang telah expired. Dikiranya hanya kotor, tapi itu yang membuat saya sempat khawatir dengan kesehatannya dan merasa bersalah. "..Ora popo, mung reget sitik. Wong diparingi rejeki kok dibuang, jenenge ora bersyukur.." maksudnya Gak papa, cuma kotor dikit. Orang diberi rizki kok dibuang, namanya nggak bersyukur. Begitulah beliau saking nggak sampai hatinya untuk membuang makanan. Yaa karena nggak lagi punya ayam yang bisa diajak berbagi lagi.
Dari saya kecil hingga beranjak dewasa, pertanyaan Eyang yang selaluuu saja keluar dari mulutnya adalah ".. Wis maem durung?" artinya Sudah makan belum? Dan selaluu saja menawari makanan kecil yang saya siapkan sendiri untuk camilannya di kamar. Siapa saja yang datang dan bertemu dengannya, Eyang selalu memberinya apa yang beliau punya bahkan melinjo sekalipun ketika masih punya pohonnya. Ya ampun lama banget nggak denger istilah melinjo, hehehe.
Eyang adalah sosok yang sangat dermawan, ahli sedekah juga ahli syukur. Besides that, she is humble one. Tak pandang bulu beliau berinteraksi, berkelakuan baik pada siapapun. Sebab-sebab itulah yang membuatnya sangat diterima dan dihormati dalam masyarakat.
Nov, 26th 2012
Eyang masuk RS PKU Kauman Jogja untuk yang kesekian kalinya. Anaknya yang sayang kepadanya mencoba berusaha memberikan dan melakukan apapaun yang terbaik.
Saya pribadi nggak tega lagi kalau melihat Eyang dirumah sudah tak mampu bicara lagi, susah memperlihatkan bagian mana yang dirasanya sakit, terlebih beliau hanya bisa memperlihatkan kekecewaannya terhadap tangan kanannya yang tak lagi berfungsi dengan mencoba sekuat tenaga menggerakkan tangan kanannya tapi tak bisa, dan mimik mukanya membuat saya ingin memeluknya keras dan menanyakan Apa yang harus saya lakukan?? Sedangkan yang kita bisa hanya mengelus-elus, mengipasi, mencoba menghibur, dan yang pasti mendoakannya..
Saya di Perpus UGM sedang mengerjakan report yang tertunda. Hp bergetar dan Ibu mengabari kalau Eyang pindah di kamar IMC. Awalnya saya nggak tahu apa itu kamar IMC sehingga saya santai akan menjenguknya sepulang les.
Baru 15 menit saya mengikuti les seperti biasa, ada telpon masuk. Ayah saya meminta untuk segera ke PKU. Pasti ada apa-apa. Saya pun segera ijin. Hati saat itu tidak seperti biasanya. Bisa-bisanya di perjalanan saya nyasar lewat UNY, bener-bener nggak fokus.
Sesampainya di IMC semacam ICU, saya segera menemui Eyang saya tercinta. Tak sadar saya menitikkan air mata. Sungguh tak mampu melihat Eyang yang sendiri di kamar itu dengan alat-alat yang menempel dibadannya. Melihatku, Eyang rasanya ingin mengatakan "..Temani akuu.."
Saya sungguh benci dengan ranjang itu yang memberikan batas di setiap pinggirnya, tak bisa dekat dengan telinganya dan susah menciumnya..
Hanya doa dan selipan aku sayang Eyang yang bisa saya ucapkan saat itu..
Nov, 28th 2012
Hanya karena obat yang bisa membuatnya bisa bertahan. Strok dan penyumbatan paru-paru yang selama ini menyerangnya. Ikhlaskanlah.
Engkau sangat cantik di hari terakhirmu, bersih tanpa noda, senyum menghiasi muka..
97 merupakan angka yang sangat kuat dan hebat.
Telah banyak kemuliaan dan pelajaran penting yang kau tinggalkan.
You are my greatest one..
See you in heaven ♥